Pagi tadi, alhamdulillah kembali diberikan sebuah kenikmatan silaturahmi pagi. Bangun dari subuh, bapak ngajak jalan-jalan keliling rumah. Kemarin sore, bapak, ibu dan adik datang ke rumah Jogja dari kampung nan jauh di mato, mendadak tanpa pemberitahuan, sureprise katanya, tiba-tiba nongol depan pintu rumah.
Nah pas jalan-jalan tadi pagi, bapak ngajak ke sebuah sawah depan rumah yang sudah difungsikan sebagai tempat nongkrong dan tempat berteduh para seniman lukis. Bapak tanya, ini tempat punya siapa kok adem banget, saya jawab ini punya pak ali pengusaha kopi luwak. Rumahnya dekat dengan tempat berteduh tersebut dan mampirlah kita kesana hanya untuk ngobrol-ngobrol aja, karena Bapak penasaran banget setelah saya ceritain kalo 100gram bubuk kopi dijual 500ribu.
Masuklah kita ke rumah Pak Ali, dan kita diseduhkan secangkir kopi, tapi tidak secangkir utuh, hanya setengahnya aja. Pak Ali bilang 'segitu harganya 80ribu' sambil terbahak-bahak sambil menjelaskan bahwa kata-kata dia tadi adalah harga yang selama ini dia jual ke orang. Jauh lebih mahal daripada starbucks.
Pak Ali, lalu melanjutkan ceritanya tentang harga bubuk kopi yang dia jual, kisah suksesnua berbisnis kopi yang semula dia di PHK dari Hotel Hyatt pasca bom bali, lalu mengadu nasib di Belanda selama 6 tahun, dan kembali ke Indonesia dengan bisnis kopi luwaknya. Seisi rumah dia ceritakan, dari bisnis lukisan-lukisannya, pernah juga bisnis jual tanaman, kenal sama Miranda S Goeltom, dan banyak orang terkenal di negeri ini. Dia menjelaskan proses dia dapetin eek luwak (dari kebun kopi) sampe tinggal jual, sampai sukses seperti sekarang dimana rumahnya sudah besar, punya banyak tanah di berbagai tempat yang sebentar lagi untuk buka cafe kopi luwaknya.
Intinya, kopi luwak asli itu sangat enak, harganya mahal, khasiatnya banyak. Alhamdulillah saya sudah nyobain GRATISS pula, meskipun hanya seperempat cangkir (seperempatnya disruput Bapak).
Pelajaran yang saya dapat hari ini, silaturahmi itu menyehatkan dan gratisan.
Comments
Post a Comment