Skip to main content

Penyakit Pengusaha Pemula

Pengusaha kecil atau pengusaha pemula, sering sekali rentan terhadap suatu penyakit. Seperti halnya bayi, dia perlu berbagai imunisasi agar lebih kebal terhadap lingkungan luar. Nah ada beberapa penyakit yang harus dilalui para pengusaha kecil atau pengusaha pemula, sehingga dia bisa bertumbuh menjadi pengusaha yang lebih kokoh untuk menghadapi persaingan nantinya.

Penyakit yang sering menjangkit para pengusaha kecul itu ada tujuh, dan dapat digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dikategorikan sebagai berikut : 

- MASALAH PEMASARAN : tuli, mencret, muntah
- MASALAH PRODUKSI : kurap dan batuk 
- MASALAH ORGANISASI : kutil
- MASALAH KEUANGAN : campak

Mari kita bahas satu persatu :

1.Tuli, adalah ”Satu Pembeli” 
Bila sudah mendengar satu informasi ia tidak dapat mendengar atau tidak mau mendengar informasi baru. Kemudian satu pembeli, mungkin hal ini sangat janggal, mengapa ada pengusaha yang hanya memiliki satu atau dua pembeli saja?

Dicontohkan, pada pengusaha catering, setelah menerima order, misalnya selama tiga bulan, suatu kantor atau pabrik, sudah sukar untuk jualan lagi di kantor lain karena kapasitasnya sudah habis.

Akibat penyakit ini, kata Budi, harga jual dikuasai oleh pembeli, pengusaha kecil tidak berani menawar, takut kalau batal ordernya, yang berarti perusahaan tidak dapat penghasilan karena tidak memiliki pembeli lain.

Order yang diperoleh tidak rutin, karena pengusaha jenis ini banyak yang mengantri pekerjaan, sehingga diterapkan asas giliran atau arisan pekerjaan. Bila satu-satunya pembeli tidak membeli, maka perusahaan akan bangkrut.

2. Mencret, adalah ”Menjual ceroboh dan Teledor” 
Penyakit ini diakibatkan kecerobohan dan kurang hati-hati. Penyakit yang sederhana ini juga dapat mematikan 

"Menjual Ceroboh dan Teledor“, pengusaha sering kurang perhatian terhadap pembeli, pelayanan yang tidak baik, sering "Mengecewakan Pembeli" dapat menyebabkan pembeli lari ke tempat lain .

3. Muntah, adalah ”Menjual Mentah” 
Mengapa disebut muntah? Mengeluarkan sesuatu yang seharusnya diproses dalam perut. "Menjual Mentah“, pengusaha sebagai penjual tidak melakukan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah, sehingga barang yang dijual persis seperti yang dibeli.

Akibat muntah, maka laba yang diperoleh tidak banyak, karena pengusaha tidak melakukan proses tambahan. Karena tidak diproses maka produk bersifat umum dan biasa, sehingga mudah direbut pesaing. Kemudian harga tidak stabil cenderung merugikan pengusaha.

Contohnya, penjual cabe, hanya menjual cabe saja tanpa proses. Waktu produksi sedikit, harga jual naik, tetapi harga beli cabenya juga naik, waktu kelebihan produksi harga jual anjlok, pengusaha menderita kerugian.

4. Kurap ini maksudnya adalah ”Kurang Pemasok” 
Banyak perusahaan hanya memiliki satu pemasok. Karena mereka menganggap pemasok tersebut sebagai langganan, mereka percaya penuh, sehingga tidak pernah membandingkan dengan pemasok lain, sedangkan pemasok lain harganya dan syaratnya bisa lebih baik.

5. Batuk, adalah ”Barangnya Tunggal dan Ketinggalan” 
Penyakit ‘Barang Tunggal dan Ketinggalan Model", juga sering dijumpai diberbagai pengusaha. 

Sampai pengusaha itu akan bangkrut namun tetap mampertahankan produk yang dihasilkan walaupun sudah tidak sesuai lagi dengan selera pasar dan tidak melakukan diversifikasi produk usahanya.

Akibatnya, perusahaan yang hanya memiliki output satu produk mudah disaingi oleh kompetitor lain, karena tidak memiliki produk potensial yang lain.

Perusahaan yang hanya memiliki satu output produk bisa mengalami bangkrut, karena produk yang dihasilkan memiliki usia kejenuhan suatu produk dan apabila sudah tidak laku pengusaha tidak dapat menyesuaikan diri untuk beralih ke produk lain. Pengusaha yang demikian biasanya tidak memiliki daya kreatif dan tidak mau diberi saran.

6. Kutil, adalah ”Kurang Trampil”
Tidak sedikit pengusaha memasuki bisnis tanpa memiliki ketrampilan yang baik dan hal ini tetap terus dipertahankan selama usaha.

“Pengusaha enggan untuk meningkatkan kemampuan ketrampilan, lebih-lebih untuk meningkatkan kemampuan bawahannya, karena dianggap hanya akan menambah biaya operasional perusahaan,” ujarnya.

Contohnya, pengusaha tidak mau meningkatkan kemampuan bawahannya, sehingga mutu (kualitas) produknya kurang sesuai dengan keinginan konsumen.

7. Campak, ini merupakan ”Campuran Usaha dan Keluarga” 
Penyakit ini adalah penyakit yang paling parah dan paling banyak dijumpai pada perusahaan kecil. Seorang pengusaha kerap berfoya-foya ketika perusahaanya untung dengan menggunakan uangnya secara konsumtif untuk keperluan keluarga, kayawan tidak ikut menikmati, bahkan uang lembur diberikan terlambat.


Cara Pengobatan :

1. TULI (Satu Pembeli) obatnya “PERMEN” (Pengecer atau Multi Konsumen). 
Pengusaha sebaiknya menjadi pengecer yang melayani partai kecil atau eceran, bukan grosir, yang hanya menjual partai besar. Menjadi grosir memungkinkan apabila pembelinya tetap banyak. Contohnya pada sentra sepatu Cibaduyut, sentra jeans di Cihampelas dan lain sebagainya 

2. MUNTAH (Menjual Mentah) obatnya “PROMAH” (Proses dan Nilai Tambah). 
Pengusaha harus memberi nilai tambah dengan alternatif cara dalam pemrosesan produksi 

3. MENCRET (Menjual Ceroboh dan Teledor) obatnya “KEMENYAN” (Keterampilan Menjual dan Ramah). 
Diperlukan peningkatan keterampilan menjual, terutama dalam mengatasi keberatan pelanggan secara bijaksana 

4. KURAP (Kurang Pemasok) obatnya“SURBEK T” (Survey ke Banyak Pemasok dan Tempat lain) 
Meskipun pembeli dalam jumlah sedikit, perlu kita barang ke berbagai pemasok agar dapat mengetahui perkembangan dan dapat membandingkanharga antar pemasok juga penting untuk membina hubungan. Memang tidak selalu satu pemasok itu buruk untuk usaha kita 

5. BATUK (Barang Tunggal dan Ketinggalan Model) obatnya “DIATAB” (Diversifikasi Produk dan Tambah Barang). 
Diversifikasi dijalankan dengan produk yang sejenis atau yang mendukung, jangan yang berbeda jenis, kemungkinan pengusaha mengalami kesulitan. Pada periode-periode tertentu perlu dilakukan perubahan mode sekaligus mengamati perkembangan selera pasar. 

6. KUTIL (Kurang Teliti) obatnya “KURMA” (Kursus dan Magang). 
Mengikuti baik pelatihan keterampilan teknis maupun manajerial dan juga perlu mengikuti program pemagangan. Pengusaha juga harus bersedia mengirimkan bawahannya mungkin sampai berbulan-bulan untuk magang tanpa menghasilkan apa-apa 

7. CAMPAK (Campuran Usaha dan Keluarga) obatnya “ORALIT” (Moral dan Itikad) 
Obat utama dari penyakit ini adalah moral, etika dan niat yang baik tidak hanya dipahami tetapi diterapkan. Tanpa hal ini, banyak perusahaan tidak berkembang bahkan mengalami banyak masalah. Tanpa disadari moral yang baik, pelatihan keuangan, harga pokok produksi, pembukuan sederhana, tidak ada manfaatnya sama sekali. Pengontrolan hanya bisa dilakukan dengan moral yang baik dan kuat. Jika pemilik sudah tertutup dan tidak dapat mengontrol dirinya, maka perusahaan akan terus menerus dalam kesulitan. 

Comments

Popular Posts

Teknik Selling Rasulullah (3) : 24 Cara Menjual yang Wajib Dihindari

Nah, kali ini saya share juga 24 cara menjual yang wajib dihindari, sesuai yang diajarkan Rasulullah masih dari buku yang sama seperti artikel terkait sebelumnya . Agar penjual profesional mendapat keuntungan luar biasa dan menghasilkan Word of Mouth, ia wajib menghindari 24 cara menjual yang tidak Islami berikut ini : 1. Berbohong Rasulullah saw selalu jujur dalam berjualan, beliau memilih menceritakan berapa harga barang yang dibelinya dan memberi kebebasan para pembeli untuk memberikan keuntungan kepadanya. Nah ini jarang sekali terjadi di masa sekarang. Siap? 2. Menggunakan Undian Menggunakan sistem undian merupakan tindakan yang harus dihindari karena sifatnya sama dengan berjudi. Undian yang dilarang adalah yang dilakukan dengan menarik sejumlah uang untuk memperoleh kupon yang akan diundi. Dalam Al-Quran juga sudah disebutkan dalam Surat Al-Maidah ayat 90-91 yang artinya sebagai berikut : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, maisir,

Desa Wisata Petungulung, Margopatut, Nganjuk

Hari ini tadi saya mengikuti sebuah diskusi tentang UKM dan beberapa Bank di Nganjuk bersama salah seorang anggota DPD RI. Ditengah diskusi tersebut ada seorang wanita yang mengutarakan uneg-unegnya mengenai sebuah kawasan desa wisata di Kabupaten Nganjuk, sebut saja Bu Ima. Nah dari penjelasan beliau, saya langsung berkata dalam hati " waiki... "  Saya jadi banyak teringat masa lalu saat di Jogja, begitu banyak desa wisata di sana, tapi di Nganjuk belum ada, sampai-sampai saya dan seorang kawan beberapa bulan lalu punya ide buat bikin ini. Tapi belum jadi-jadi, maklum kurang gerak sih... Bersama Pak Camat Sawahan Setelah acara selesai dan saat saya mau pulang, di parkiran tiba-tiba saya diajak seorang kawan untuk ngelihat sebuah desa wisata baru di daerah Kec Sawahan itu. Kawasan ini baru diresmikan sekitar bulan April 2016. Masih kinyis-kinyis tentunya, langsung aja berangkat kesana. Ternyata semobil sama bu Ima tadi. Ngobrol-ngobrol di dalam mobil, saya ambil

Ketika Anak Bertanya Tentang Allah

Allah itu Siapa? Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi “tak mau tahu” alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya… Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya: Tanya 1: “Bu, Allah itu apa sih?” Tanya 2: “Bu, Bentuk Allahitu seperti apa?” Tanya 3: “Bu, Kenapa kita gak bisa lihat Allah?” Tanya 4: “Bu, Allah itu ada di mana?” Tanya 5: “Bu, Kenapa kita harus nyembah Allah?”