Setelah beberapa hari tidak memiliki pekerjaan tetap, dimana saya sudah 9 tahun terbiasa menjadi karyawan dan memutuskan untuk pensiun (seperti pada posting sebelumnya), saya merasa hidup saya lebih asyik. Alhamdulillah.
Saya bisa lebih tenang menjaga keluarga (meskipun cobaan datang di hari pertama saya officially berada di rumah. Ayah saya sakit, 1 maret 2015).
Saya bisa berfikir lebih tenang, akan membuka usaha atau bisnis apa.
Saya menjadi manusia yang bisa bersosial kapan saja (mungkin karena sebelumnya saya terlalu sibuk bekerja, saya jarang bertemu tetangga karena berangkat pagi pulang malam, sampai ada satu rekan kerja yang menyebut bahwa kondisi kita adalah termasuk orang yang hampir anti sosial).
Saya sempat membuat sebuah usaha di bidang fashion, yaitu jilbab. Karena hobi istri saya adalah di bidang itu. Namun saya pikir ulang karena bahan bakunya ada di Yogyakarta, dan saya haru mengambil kesana untuk memilih langsung jenis, kualitas dan motif bahan baku, karena saya ingin mengecek langsung kualitas barang yang akan saya jual.
Lalu, saya berfikir, saya harus menggunakan sumber daya alam yang ada di kota saya ini, Nganjuk. Seperti yang sering saya sounding ke teman-teman, bahwa kota ini menurut saya adalah kota terkecil di pulau Jawa sepertinya. Banyak teman saya yang tidak pernah dengar nama Nganjuk. Dengar saja tidak pernah, apalagi tau. Dan dari situlah saya ingin membuat nama Nganjuk mulai dikenal.
Flashback sekitar tahun 2006-2008, saya sempat membuat sebuah website untuk Nganjuk (kalo tidak salah waktu itu kotanganjuk.info). Namun saat ini domain tersebut sudah hilang, tidak saya perpanjang lagi waktu itu. Kenapa? Karena selain pengunjung sedikit, saya waktu itu berada di Jakarta, sehingga sedikit sekali update informasi tentang Nganjuk.
Kembali ke usaha / bisnis tadi. Menurut saya, Nganjuk merupakan kota dengan bibit bawang merah terbaik di Indonesia. Beberapa petani bawang merah di Nganjuk, sering juga mengirimkan bibit bawang merah ke kota-kota lain. Dan dari situ, saya berpikiran untuk mengolah bawang merah tersebut. Saya harus memajukan Nganjuk dengan bawang merahnya. Dan anjuran dari seorang pakar yang sangat saya hormati di Yogyakarta saat saya berpamitan meninggalkan Jogja, Bapak Robby Kusuma Hartawan, bahwa saya harus menggali potensi sumber daya alam kota saya.
Akhirnya saya menciptakan usaha 'Bawang Goreng Nabati'. Saya ambil bawang merah langsung dari tanah Nganjuk. Meminta tolong tetangga untuk menggoreng, dengan cara tradisional (yaitu dengan kayu bakar, dan dengan minyak nabati). Saya akan kemas menjadi sebuah bumbu makanan yang lebih sehat, enak, dan tetap renyah. Bawang Goreng Nabati ini, mudah-mudahan akan menjadi makanan khas Nganjuk.
Mudah-mudahan saya bisa memberikan kontribusi terhadap kota terkecil ini.
Saya bisa lebih tenang menjaga keluarga (meskipun cobaan datang di hari pertama saya officially berada di rumah. Ayah saya sakit, 1 maret 2015).
Saya bisa berfikir lebih tenang, akan membuka usaha atau bisnis apa.
Saya menjadi manusia yang bisa bersosial kapan saja (mungkin karena sebelumnya saya terlalu sibuk bekerja, saya jarang bertemu tetangga karena berangkat pagi pulang malam, sampai ada satu rekan kerja yang menyebut bahwa kondisi kita adalah termasuk orang yang hampir anti sosial).
Saya sempat membuat sebuah usaha di bidang fashion, yaitu jilbab. Karena hobi istri saya adalah di bidang itu. Namun saya pikir ulang karena bahan bakunya ada di Yogyakarta, dan saya haru mengambil kesana untuk memilih langsung jenis, kualitas dan motif bahan baku, karena saya ingin mengecek langsung kualitas barang yang akan saya jual.
Lalu, saya berfikir, saya harus menggunakan sumber daya alam yang ada di kota saya ini, Nganjuk. Seperti yang sering saya sounding ke teman-teman, bahwa kota ini menurut saya adalah kota terkecil di pulau Jawa sepertinya. Banyak teman saya yang tidak pernah dengar nama Nganjuk. Dengar saja tidak pernah, apalagi tau. Dan dari situlah saya ingin membuat nama Nganjuk mulai dikenal.
Flashback sekitar tahun 2006-2008, saya sempat membuat sebuah website untuk Nganjuk (kalo tidak salah waktu itu kotanganjuk.info). Namun saat ini domain tersebut sudah hilang, tidak saya perpanjang lagi waktu itu. Kenapa? Karena selain pengunjung sedikit, saya waktu itu berada di Jakarta, sehingga sedikit sekali update informasi tentang Nganjuk.
Kembali ke usaha / bisnis tadi. Menurut saya, Nganjuk merupakan kota dengan bibit bawang merah terbaik di Indonesia. Beberapa petani bawang merah di Nganjuk, sering juga mengirimkan bibit bawang merah ke kota-kota lain. Dan dari situ, saya berpikiran untuk mengolah bawang merah tersebut. Saya harus memajukan Nganjuk dengan bawang merahnya. Dan anjuran dari seorang pakar yang sangat saya hormati di Yogyakarta saat saya berpamitan meninggalkan Jogja, Bapak Robby Kusuma Hartawan, bahwa saya harus menggali potensi sumber daya alam kota saya.
Akhirnya saya menciptakan usaha 'Bawang Goreng Nabati'. Saya ambil bawang merah langsung dari tanah Nganjuk. Meminta tolong tetangga untuk menggoreng, dengan cara tradisional (yaitu dengan kayu bakar, dan dengan minyak nabati). Saya akan kemas menjadi sebuah bumbu makanan yang lebih sehat, enak, dan tetap renyah. Bawang Goreng Nabati ini, mudah-mudahan akan menjadi makanan khas Nganjuk.
Mudah-mudahan saya bisa memberikan kontribusi terhadap kota terkecil ini.
Comments
Post a Comment