Di banyak status, di banyak group Whatsapp banyak yang membahas tentang langkanya garam dan mahalnya garam tersebut. Akhirnya, kita yang punya banyak laut harus impor garam. Sedih.
Saya lebih suka pembahasan yang memang selama ini kita suka jajan produk luar. Selama ini yang menggaungkan dan menggerakkan untuk membela dan membeli produk lokal Indonesia hanyalah pemilik usahanya saja, UKM nya saja. Sementara yang ga punya usaha lebih suka jajan produk orang lain.
Semua orang tentu sangat senang produknya dibeli, tapi ga semua orang senang membeli produk temannya, meskipun sesama UKM, meskipun satu komunitas. Jadi, ga semua UKM juga ikutan aksi nyata untuk bela dan beli produk UKM. Padahal sering kita dengar istilah 'what you give is what you get'.
Begitu juga dengan sebagian pemerintahnya, gaungan untuk bela dan beli produk rakyatnya, hanyalah sebatas slogan, wacana, dan hanya sebatas simbol kepedulian, untuk menghasilkan sebuah program-program kerja. Aksi nyata hanya dilakukan karena sebatas program kerja, secara individu atau pribadi, hampir nihil.
Kalo sudah langka dan akhirnya mahal dan import, barulah rame deh sosial media sampe mentrinya ga jadi nutup sosial medianya, karena lapak masih rame.
Sebenernya ga hanya garam, terjadi juga pada beras, gula, buah-buahan, dan masih banyak yang lain. Kecintaan kita pada produk lokal Indonesia, sepertinya masih sangat kecil, apalagi produknya temen sendiri, pada produk dari daerahnya sendiri, meskipun gaungnya sangat besar. Banyak dari kita lebih suka buah impor karena warna lebih bersih, lebih suka garam dan gula impor karena lebih putih. Petani kita juga ingin produknya sebersih dan sebagus produk dari luar negeri, tapi kurang modal karena yang beli sedikit dan kurang profit. Dijual sudah murah, masih ditawar pula.
Saya kagum dengan teman-teman saya yang (maaf) etnis cina, saya banyak ambil pelajaran dari mereka, mereka itu seperti sudah memiliki tradisi seperti ini:
- setiap berkunjung ke temannya, membawa oleh-oleh untuk temannya yang dikunjungi itu.
- oleh-oleh yang dibawa, adalah produknya temannya sendiri, orang cina juga
- saat berkunjung itu, dia selalu bilang 'ini produknya si ini lho, jualannya di sana'
- anak kecil diajak bekerja, agar dia mengamati bagaimana ketemu supplier, bagaimana bertransaksi, bagaimana menghargai uang
- setiap ketemu, jarang membicarakan orang lain, lebih banyak membicarakan bisnis dan hal positif. Misal 'bagaimana usahamu?'
- diam-diam punya banyak aset.
Nah, sudahkah Anda lakukan aksi nyata?
Sudahkah hari ini, minggu ini, atau bulan ini membeli produk asli dalam negeri?
Sudahkah hari ini, minggu ini, atau bulan ini membeli produk asli dalam negeri?
Sisihkan duaratus tigaratus ribu rupiah saja untuk membeli produk lokal daerahmu, membeli produk temanmy sendiri, di setiap bulannya.
Karena Indonesia masih terlalu banyak orang baik yang diam saja, yang hanya memikirkan isi rumahnya sendiri.
Comments
Post a Comment