Dilahirkan dari keluarga petani, yang tinggal di sebuah lereng bukit dimana rumahnya urutan kedua dari rumah paling tepi bukit. Kisahnya, 3 kali sempat putus sekolah saat SD karena harus mengembala sapi saat itu. Tapi tetap semangat untuk kembali berjuang meraih pendidikan. Sampai akhirnya bisa masuk kepolisian dengan pangkat prajurit paling bawah.
Saat menempa kerasnya pendidikan itu, beliau sempat berharap agar kerasnya militer biar dirasakannya saja, tidak untuk anak-anaknya. Dan dikabulkannya harapan itu.
Betapa setianya beliau pada negara sampai-sampai hampir tak pernah mengambil jatah cuti yang jadi hak nya. Bahkan hanya baru-baru ini saja saya merasakan liburan bersama keluarga. Bapak, baru menikmati cuti liburan pertama kalinya sekitar beberapa tahun yang lalu, saya lupa tepatnya. Itupun hari kedua cuti sudah masuk kantor karena ada demo pedagang kaki lima.
Yang saya kagum dengan Bapak, beliau visioner. Rela meninggalkan fasilitas asrama polsek dengan memilih kontrak rumah (saya lahir di asrama, dan pindah kontrak rumah saat saya kelas 1 SD di Lumajang)
Beberapa tahun kemudian, rela menjual beberapa aset, untuk menempuh pendidikan selama setahun di Jawa Barat, dan setelah lulus penempatan di Nganjuk, sampai saat ini. Apapun diupayakan untuk pendidikan. Dan sebelum berangkat ke Jawa Barat saya ingat satu pesan Bapak yaitu ‘jaga ibu dan adik-adikmu’ padahal saya masih sekitar kelas 5 SD. Mungkin pesan itu yang membuat keluarga menjadi passion saya sampai saat ini.
Pendidikan dan berprestasi adalah hal wajib buat saya waktu itu, ajaran militer sepertinya. Kalo tidak masuk SMP 1 Lumajang (waktu itu smp favorit) sekolah saja di rumah nenek. Dan pesan itu berulang lagi saat masuk SMA (waktu itu sudah di Nganjuk), kalo ga masuk SMA 2 Nganjuk (sekolah favorit) sekolah saja di luar kota, jangan bikin malu Bapak. Sadis....
Hal terharu pertama kalinya saya rasakan saat Bapak mengantar saya naik kereta api ekonomi, saat pertama kali kerja ke ibukota. Ga sadar ternyata beliau mengantar saya sampai masuk ke dalam kereta, memastikan saya duduk di tempat yang benar. Kenapa terharu, karena biasanya saya dilepas sendiri aja, ga perlu dianter-anter, anak laki juga. Dan pesan kedua yang saya ingat sampai sekarang ‘jika kamu digaji seribu, bekerjalah untuk duaribu’. Jleb, pesan untuk kesetiaan, loyalitas.
Kenyataannya, abis maghrib/isya berangkat ke kantor lagi.
Hari kerja normalnya senin sampai jumat.
Kenyataannya senin sampe minggu ada di kantor.
Jawabnya, saya digaji oleh negara.
Mungkin ada sumpah prajurit yang bilang negara nomor satu. Saya ga ngerti, tapi itulah yang terjadi.
Dan masih banyak lagi ajaran militer yang masih saya ingat, intinya berbaktilah untuk negeri ini. Allah selalu melihat apa yang dilakukan makhluknya.
Bulan ini, bulan Agustus, bulan kemerdekaan.
Hari ini 1 Agustus 2018, pertama kali Bapak merasakan kebebasan dari tugas negara. Ya... beliau pensiun.
Pensiun dengan pangkat yang sangat tinggi buat beliau. Dari seorang yang memulai karir dari pangkat terendah, dan berakhir pangkat tertinggi di kota ini. Alhamdulillah...
Bapakku memang pejuang sangat tangguh.
Selamat menikmati hari kebebasan, semoga semangat dan sehat selalu komandan.
Semoga sehat selalu Bapak dan Ibu.
———-
benwicak.com
Comments
Post a Comment